CATATAN : SAUDI – DOMPU
PASANGAN Calon Bupati dan Wakil Bupati Dompu, H. Syaifurrahman Salman, SE, M.Si – Ika Risky Veryani (SUKA) kembali mengisi ruang demokrasi Dompu. Setelah pasangan ini sempat dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh KPU Dompu.
Gugatan sangketa Pilkada atas hasil keputusan KPU Dompu di tingkat Bawaslu berhasil dimenangkan pasangan ini. Keputusan Bawaslu yang bersifat mengikat membuat keduanya wajib untuk kembali masuk dalam arena Pilkada. Dan secara otomatis memperoleh nomor urut tiga. Nomor yang sejak awal sudah digaungkan oleh para pendukung dan simpatisan.
Syaifurrahman Salman yang merupakan putra dari tokoh ulama besar Dompu, alm. KH. Salman Faris ini dikenal memiliki pendukung militansi yang kuat hingga ke tingkat akar rumput. Ini tidak terlepas dengan program yang pernah dijalankan pada masa kepemimpinannya tahun 2006 sampai dengan 2010. Melanjutkan kepemimpinan, H. Abubakar Ahmad, SH.
Empat tahun masa jabatannya, H. Syaifurrahman Salman sukses besar membangun sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan drajat kesehatan masyarakat di Dompu. Hal itu berawal dari keberaniannya membuat kebijakan di sektor pendidikan dan kesehatan.
Di awal kepemimpinannya, HSS sapaan akrab H. Syaifurrahman berani keluar dalam zona nyaman sebagai kepala daerah dengan memfokuskan alokasi APBD Kabupaten Dompu di sektor pendidikan dan kesehatan. Ia mencanangkan pendidikan dan kesehatan gratis. Keberaniannya memprogramkan pendidikan dan kesehatan gratis adalah yang pertama di Provinsi NTB kala itu.
Meskipun selama masa jabatannya, APBD Dompu baru berada di sekitaran angka Rp500 sampai Rp.600 miliar. Satu kali lipat dari APBD Dompu saat ini yang mencapai Rp. 1.2 Triliun.
Namun, sebagai bentuk konsistensinya terhadap program tersebut, persentase APBD ia ambil saat itu dengan menempatkan anggaran untuk pendidikan berada di posisi diatas 20 persen. Begitu pula, dengan anggaran dalam bidang kesehatan.
Alasan yang paling mendasar HSS dalam memprioritaskan pendidikan. Karena dirinya memiliki asumsi untuk membangun segala sektor, maka yang pertama mesti dibangun adalah perbaikan generasi. Meskipun, HSS sadar, investasi di bidang pendidikan, hasilnya baru diperoleh dalam jangka waktu panjang.
Meski hal tersebut, ia sadari pula tak akan baik untuk investasi politiknya di waktu pendek. Bila dibandingkan, harus fokus ke infrastruktur yang sebenarnya menguntungkannya di kontestasi politik kedepan.
Tetapi keinginan yang kokoh memperbaiki generasi dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah bulat, membuatnya memilih untuk mengesampingkan hasrat politiknya kedepan.
Dengan kedua program yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat ini membuat pasangan SUKA semakin dirindukan kehadiharnya. (*)
320 total views, 2 views today