DOMPU – Dalam rangka pengembangan program dan peningkatan kualitas pengelola kebun, PT. SMS melakukan in-house training (IHT) yang diiinisiasi oleh Divisi Plantation dan dikemas dengan program Kampus Merdeka.
Adapun tema acara tersebut yaitu pelatihan pemahaman budi daya tebu dan penguasaan lapangan yang akurat guna mewujudkan tanaman tebu yang berproduktifitas tinggi untuk menghasilkan gula yang optimal sehingga PT. SMS meningkat kinerjanya, sejahtera karyawannya, sejahtera petani tebunya, dan sejahtera perusahaannya.
Acara yang diselenggarakan pada tanggal 10 – 12 Febuari 2022, ini mengundang external trainer dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Joko Pramono, spesialis hama dan penyakit, dan Eka Supriatna, spesialis pemuliaan tanaman.
Selain menyasar level para leader group hingga manajer, IHT diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi para mahasiswa dari berbagai universitas yang tergabung dalam program Kampus Merdeka.
Syukur HK, General Manager PT. SMS, mengatakan bahwa tujuan diadakannya IHT ini untuk memahami pengelolaan hama penyakit yang menjadi penghambat tumbuhnya tenaman tebu sehingga sedini mungkin bisa dideteksi dan diantisipasi.
“Misalnya, Uret. Gejala dari tanaman yang terserang Uret (Lepidiota stigma) yaitu layu, daun menguning, dan seiring berjalannya waktu daun akan menjadi kering. Pada bagian pangkal batang tanaman biasanya terdapat luka bekas digerek dan akar-akarnya dimakan uret. Serangan yang berat menyebabkan tanaman akan mudah roboh dan mudah dicabut. Uret yang ditemukan di lingkungan PT SMS yaitu berupa Imago. Untuk sementara, hipotesis adanya Imago tersebut berasal dari tanaman kelapa yang berada di sekitar lahan PT. SMS, tapi sejauh pengamatan belum ditemukan adanya larva Uret di lapangan, dimana pada fase larva inilah yang menyebabkan kerusakan pada tebu,” ungkap Syukur.
Perlu diketahui juga bahwa Kabupaten Dompu ini termasuk wilayah dengan kondisi cuaca yang unik. Serangan hama bisa datang dari wilayah barat dan timur, karena itu dibutuhkan kewaspadaan tinggi sehingga bisa diketahui penyebabnya apa, varitas tanaman pun harus benar benar tepat dengan perlakuan yang tepat,” tambahnya.
Bagi mahasiswa Kampus Merdeka sendiri, apa yang dapatkan dari IHT ini sangat bermanfaat dan akan menjadi ilmu yang berguna bagi mereka di masa depan. Indah, mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB), mengakui bahwa apa yang diperolehnya dari IHT ini sangat berguna. Hal ini semakin meyakinkan pilihannya untuk berkarir di dunia perkebunan. Apalagi setelah mendapat ilmu baru serta pengalaman magang selama kurang lebih 6 bulan di perkebunan tebu milik PT SMS.
“Saya benar-benar mendapat ilmu yang fresh mengenai dunia tebu. Bisa dibilang pengalaman magang di PT SMS sangat memberikan nilai plus bagi saya selaku mahasiswa. Materi dan praktikum yang saya peroleh di laboratorium serta pengamatan lapang di kampus tentu sangat terbatas, namun saat magang saya diberi ilmu terkait budidaya tebu, dan diberi proyek Research and Development (R&D) untuk melakukan riset terkait herbisida, monitoring hama dan penyakit tanaman tebu di wilayah RnD, serta uji multilokasi varietas, membuat saya semakin jatuh cinta dengan dunia perkebunan,” jelas Indah.
Senada dengan Indah, Nur Solehuddin, mahasiswa Universitas Brawijaya, mengatakan IHT membuat wawasannya tentang dunia lebih luas. Selain itu para peserta mendapat pengalaman merancang IHT; dimulai dari pembuatan proposal, mengatur jalannya acara, menjadi MC, dan notulensi. “Jadi kami belajar menjadi leader, merespon permasalahan dan mencari solusinya. Untuk itu, saya berterima kasih kepada PT.SMS, para pemateri, juga para mentor yang membantu selama magang. Semoga suatu ketika saya bisa kembali ke sini,” ucap Indah.
Adanya pengetahuan mengenai pengelolaan hama penyakit dan pemuliaan tanaman, ini akan menjadi standar bagaimana mengembangkan tanaman tebu varitas tertentu untuk daerah kering seperti di wilayah Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu. Adanya transfer knowledge sejak dini dari para expert kepada para karyawan menjadikan mereka memiliki basis pengetahuan untuk pengelolaan OPT (Organisasi Pengganggu Tanaman) dan supaya memahami bagaimana strateginya hingga terbentuknya Tim Early Warning System (EWS).
Untuk memastikan agar tim EWS dapat berjalan, maka akan ada dilakukan training-training lanjutan yang lebih spesifik lagi. Harapannya ke depan, penanganan lahan bisa lebih efektif dan tanaman tebu bisa berproduksi lebih banyak.(di)
1,186 total views, 4 views today