DOMPU – Di tengah hamparan perbukitan hijau Desa Sorinomo, Kecamatan Pekat, tumbuh ratusan pohon buah yang menjadi simbol semangat baru warganya. Bukan sekadar tanaman, tetapi wujud nyata dari komitmen sang kepala desa untuk menjadikan Sorinomo sebagai desa agro wisata buah yang berdaya dan berkelanjutan.
Adalah Kepala Desa Sorinomo, Supardin yang memulai langkah itu dari dirinya sendiri. Ia tak ingin hanya memerintah, tapi memberi teladan. Di lahan kebun pribadinya, ia menanam 80 pohon buah berbagai jenis. “Saya ingin masyarakat percaya bahwa ini bisa berhasil. Jadi saya mulai dari diri sendiri,” ujarnya dengan nada mantap.
Namun, keberhasilan itu tak datang seketika. Sang kades mengaku butuh waktu tiga tahun belajar hingga menemukan pola tanam dan perawatan yang tepat. “Awalnya banyak gagal. Dari 80 pohon, 20 mati karena salah cara rawat. Tapi saya tidak menyerah. Setiap tahun kami evaluasi dan perbaiki,” tuturnya.
Kini, di depan rumahnya sendiri, ia bereksperimen dengan berbagai inovasi perawatan, mencoba campuran obat dan pupuk untuk menjaga kesuburan pohon. Ia juga aktif memberikan edukasi kepada para petani di desanya agar tidak takut mencoba dan terus belajar.
“Kami ingin warga melihat langsung bahwa tanaman buah ini bisa jadi investasi masa depan. Memang butuh waktu, tapi hasilnya menjanjikan,” tambahnya.
Desa Sorinomo dan Pancasila kini ditetapkan sebagai dua kawasan yang telah masuk dalam pengembangan agro wisata buah di Kecamatan Pekat. Kedua desa ini berdampingan langsung dengan kawasan konservasi dan memiliki potensi alam yang mendukung pengembangan buah tropis unggulan seperti durian, manggis, alpukat dan rambutan.
Diakuinya pengembangan penanaman buah selama ini berjalan bagus. Berbagai bantuan bibit diperoleh, ada yang bersumber dari H. M. Syafruddin (HMS) saat menjabat sebagai anggota DPR RI sebanyak 350 bibit buah. Selain itu, 400 pohon buah bantuan dari Balai Taman Nasional. Belum lagi bibit-bibit yang dibeli secara swadaya oleh masyarakat.
“Hampir setiap rumah sekarang sudah punya pohon buah, terutama durian dan manggis. Dua atau tiga tahun ke depan, sekitar 60 persen warga sudah bisa panen sendiri,” jelasnya optimistis.
Untuk sementara, hasil panen masih bersifat lokal dan belum menjadi komoditas unggulan. Namun geliatnya mulai terlihat. Pekarangan rumah warga kini tak lagi kosong, tapi ditumbuhi pohon-pohon muda yang tumbuh subur, menandakan harapan baru bagi desa kecil di kaki Tambora itu.
Kepala Desa Sorinomo sadar, menanam buah bukan proyek yang bisa menghasilkan cepat. “Tanaman buah ini investasi jangka panjang. Harus banyak bersabar,” katanya.
Tapi baginya, setiap tunas yang tumbuh adalah tanda masa depan. Masa depan ekonomi yang lebih hijau, mandiri dan berbasis pada potensi alam sendiri.
Dengan semangat gotong royong dan keteladanan, Desa Sorinomo kini perlahan menjelma menjadi laboratorium kecil pertanian modern berbasis wisata. Jika kelak wisatawan datang menikmati segarnya buah langsung dari kebun warga, itulah bukti bahwa kerja keras, kesabaran, dan cinta pada tanah sendiri tak pernah sia-sia. (di/*)
1,789 total views, 39 views today